Selamat hari #KamisHoror
Kalau ada yang bertanya pada saya, "Masih suka horor?" Pasti akan saya jawab "Tentu."
Walau terkadang saya sebal jika diajak mengobrol tentang hal-hal klenik oleh para dukun.
Terkait soal hobi saya membaca buku, belakangan ini saya semakin yakin bahwa membaca buku-buku dengan genre horor adalah yang paling membahagiakan bagi saya (dibandingkan genre-genre lainnya). Terlepas dari plot yang sederhana, penokohan yang kurang kuat, atau ketiadaan twist, saya biasanya senang-senang saja membaca cerita horor. Malah, seringkali saya justru senang cerita horor yang tidak terlalu menuntut saya untuk berpikir. Saya senang ditakut-takuti oleh penulis, dan akan mengacungkan jempol jika penulis tersebut sukses menakut-nakuti saya.
Nah, belum lama ini saya membaca sebuah novel horor yang cukup menghibur. Judulnya The Girl from The Well karya Rin Chupeco. Nama penulisnya unik dan terdengar asing ya? Dia orang Filipina, dan merupakan penulis debut, jadi mungkin banyak yang belum pernah dengar namanya.
Saya pertama kali tahu buku ini dari katalog buku luar negeri, dan langsung jatuh cinta sama desain sampulnya (sudah tidak aneh lagi). Bukan desain yang ada mbak-mbak berbaju putihnya seperti dalam foto di atas, tapi yang ada sekumpulan burung gagaknya. Sayangnya, desain sampul yang ini hanya muncul dalam versi hardcover, yang harganya di atas IDR 200k. Tentu saja dompet saya protes keras :)) Ya sudah lah, kan isinya sama saja.
Sesosok hantu perempuan berkeliaran.
Dia membantai para pembunuh. Para pembunuh anak-anak, serupa dengan pria yang melemparkan tubuh perempuan itu ke dalam sumur, tiga ratus tahun lalu.
Kemudian muncullah seorang pemuda bertato aneh, dan hantu perempuan itu tahu, ada sosok hantu lain yang mengikuti pemuda ini. Segera saja mereka berdua terlibat dalam ritual-ritual seram dan eksorsisme, dan harus melakukan perjalanan dari Amerika ke daerah terpencil di Aomori, Jepang.
Pemuda itu memiliki rahasia mengerikan... yang tak segan-segan membunuh untuk bisa terbebas.
[Sinopsis saya terjemahkan bebas dari yang tercantum di Goodreads.]
Hantu perempuan itu Okiku, dan pemuda bertato aneh itu Tark (alias Tarquin). Mereka berdua tokoh utama dalam The Girl from The Well. Kombinasi serupa (hantu perempuan & pemuda manusia) bisa ditemukan dalam kisah Anna Dressed in Blood.
Sosok Okiku mengingatkanmu pada tokoh Sadako dalam film The Ring?
Ya, sebenarnya Okiku memang salah satu legenda terkenal di Jepang, dan tokoh Sadako berdasarkan legenda tersebut.
Okiku diceritakan sangat terobsesi pada angka. Dia menghitung apa pun, dan dia sangat benci pada angka 9. Pasalnya, dulu dia diberi tugas menjaga 10 piring antik, dan salah satunya pecah. Setiap kali melihat sesuatu yang berjumlah sembilan, Okiku teringat piring-piringnya dan menjadi murka.
Tidak dijelaskan alasan Okiku memburu para pembunuh anak-anak, mungkin dia hanya ingin membalas dendam, mungkin dia ingin merasakan sedikit kenyamanan ketika berhasil membebaskan arwah-arwah anak-anak dari belenggu sang pembunuh.
Bukan itu saja, ibu Tark pernah berusaha membunuh anaknya sendiri, sehingga dia pun dijebloskan ke rumah sakit jiwa.
Dengan keanehan yang menyelubungi dirinya itu, tidak heran bila Tark menjadi anak yang pendiam dan penyendiri. Tapi anehnya, sekalinya dia bicara, dia banyak omong dan kebanyakan omongannya itu sarkastis. Ini membuatnya terlihat tidak keren di mata saya :))
The Girl from The Well adalah buku pertama dari dwilogi, dan sekuelnya telah keluar, dengan judul The Suffering.
Dalam The Girl from The Well ada cuplikan dua bab dari The Suffering. Dan bab pertamanya saja sudah membuat saya tertarik... menceritakan tentang permainan Hitori Kakurenbo atau hide and seek alone. Teman-teman bisa coba mencari tahu lebih banyak mengenai permainan ini di internet. Sempat heboh karena katanya permainan ini benar-benar menelan korban. Ada novel horor Indonesia yang mengangkat tema ini, dan saya pernah membahasnya di blog ini, judulnya Petak Umpet Minako.
Kembali ke The Suffering, kali ini ceritanya dari sudut pandang Tark (dalam The Girl from The Well, sudut pandangnya Okiku). Tark dikisahkan belajar eksorsisme dan diam-diam mempraktikkannya sendiri. Wah, wah, saya mencium bau masalah nih... Apalagi disebut-sebut juga bahwa nantinya dia akan mengunjungi sebuah tempat di Jepang, sebuah hutan lebih tepatnya, yang terkenal sebagai tempat orang bunuh diri. Kalau tidak salah namanya Hutan Aokigahara. Wah, wah... saya sudah tidak sabar untuk membaca kengerian yang akan ditimbulkan oleh hutan mencekam ini.
Kamu sedang melihat cermin? Yakin cuma bayanganmu yang kamu lihat di dalamnya...? ;)
___________________________________________________________________________
Sedikit pesan nih.... :D
Seperempatnya dari 100k nih... terima kasih banyak ya, sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya di blog ini ^-^/
Terkait soal hobi saya membaca buku, belakangan ini saya semakin yakin bahwa membaca buku-buku dengan genre horor adalah yang paling membahagiakan bagi saya (dibandingkan genre-genre lainnya). Terlepas dari plot yang sederhana, penokohan yang kurang kuat, atau ketiadaan twist, saya biasanya senang-senang saja membaca cerita horor. Malah, seringkali saya justru senang cerita horor yang tidak terlalu menuntut saya untuk berpikir. Saya senang ditakut-takuti oleh penulis, dan akan mengacungkan jempol jika penulis tersebut sukses menakut-nakuti saya.
Nah, belum lama ini saya membaca sebuah novel horor yang cukup menghibur. Judulnya The Girl from The Well karya Rin Chupeco. Nama penulisnya unik dan terdengar asing ya? Dia orang Filipina, dan merupakan penulis debut, jadi mungkin banyak yang belum pernah dengar namanya.
Saya pertama kali tahu buku ini dari katalog buku luar negeri, dan langsung jatuh cinta sama desain sampulnya (sudah tidak aneh lagi). Bukan desain yang ada mbak-mbak berbaju putihnya seperti dalam foto di atas, tapi yang ada sekumpulan burung gagaknya. Sayangnya, desain sampul yang ini hanya muncul dalam versi hardcover, yang harganya di atas IDR 200k. Tentu saja dompet saya protes keras :)) Ya sudah lah, kan isinya sama saja.
Mungkin menurutmu aku pilih kasih, karena aku sendiri korban pembunuhan. Tapi kondisiku saat ini tak ada hubungannya dengan rasa penasaranku terhadap sesama jenis, kalau boleh disebut begitu. Kami tidak beristirahat dengan tenang, seperti yang disebutkan para pujangga, di alam baka.
The Girl from The Well
Rin Chupeco
Sesosok hantu perempuan berkeliaran.
Dia membantai para pembunuh. Para pembunuh anak-anak, serupa dengan pria yang melemparkan tubuh perempuan itu ke dalam sumur, tiga ratus tahun lalu.
Kemudian muncullah seorang pemuda bertato aneh, dan hantu perempuan itu tahu, ada sosok hantu lain yang mengikuti pemuda ini. Segera saja mereka berdua terlibat dalam ritual-ritual seram dan eksorsisme, dan harus melakukan perjalanan dari Amerika ke daerah terpencil di Aomori, Jepang.
Pemuda itu memiliki rahasia mengerikan... yang tak segan-segan membunuh untuk bisa terbebas.
[Sinopsis saya terjemahkan bebas dari yang tercantum di Goodreads.]
Hantu perempuan itu Okiku, dan pemuda bertato aneh itu Tark (alias Tarquin). Mereka berdua tokoh utama dalam The Girl from The Well. Kombinasi serupa (hantu perempuan & pemuda manusia) bisa ditemukan dalam kisah Anna Dressed in Blood.
Okiku
Dia gadis sederhana, seorang pelayan di sebuah kastel. Diam-diam dia mencintai majikannya, tapi pria itu malah membiarkan Okiku disiksa dan dibunuh oleh anak buahnya. Okiku yang penuh kebencian dan dendam, menjadi roh jahat yang sangat kuat. Begitu kuat sampai-sampai dia dapat membunuh manusia.Sosok Okiku mengingatkanmu pada tokoh Sadako dalam film The Ring?
Ya, sebenarnya Okiku memang salah satu legenda terkenal di Jepang, dan tokoh Sadako berdasarkan legenda tersebut.
Okiku diceritakan sangat terobsesi pada angka. Dia menghitung apa pun, dan dia sangat benci pada angka 9. Pasalnya, dulu dia diberi tugas menjaga 10 piring antik, dan salah satunya pecah. Setiap kali melihat sesuatu yang berjumlah sembilan, Okiku teringat piring-piringnya dan menjadi murka.
Tidak dijelaskan alasan Okiku memburu para pembunuh anak-anak, mungkin dia hanya ingin membalas dendam, mungkin dia ingin merasakan sedikit kenyamanan ketika berhasil membebaskan arwah-arwah anak-anak dari belenggu sang pembunuh.
Tark
Setahu dia, sewaktu kecil sang ibu merajahkan tato aneh nyaris di seluruh lengan dan torsonya. Sejak itu Tark merasa ada sosok yang mengikutinya. Terkadang dia melihat sekilas bayangannya di cermin. Terkadang terjadi hal-hal yang tidak bisa dijelaskan di sekitar Tark. Insiden paling parah adalah ketika Tark diganggu oleh salah satu teman sekolahnya... dan anak jagoan itu entah bagaimana tewas tercabik-cabik (dengan kepala terlepas dari tubuhnya).Bukan itu saja, ibu Tark pernah berusaha membunuh anaknya sendiri, sehingga dia pun dijebloskan ke rumah sakit jiwa.
Dengan keanehan yang menyelubungi dirinya itu, tidak heran bila Tark menjadi anak yang pendiam dan penyendiri. Tapi anehnya, sekalinya dia bicara, dia banyak omong dan kebanyakan omongannya itu sarkastis. Ini membuatnya terlihat tidak keren di mata saya :))
Jepang, oh Jepang...
Novel ini sarat akan budaya Jepang, terutama budaya yang terkait dengan legenda, hantu, dan semacamnya. Ini faktor utama yang membuat saya menyukai novel ini, dan dengan suka hati membacanya hingga beres. Salah satu budaya yang diangkat adalah penggunaan boneka untuk memerangkap roh jahat. Di Indonesia juga ada budaya yang serupa... tentu kawan-kawan tahu kan tentang permainan jelangkung? Nah, itu kan konsepnya sama.The Girl from The Well adalah buku pertama dari dwilogi, dan sekuelnya telah keluar, dengan judul The Suffering.
Dalam The Girl from The Well ada cuplikan dua bab dari The Suffering. Dan bab pertamanya saja sudah membuat saya tertarik... menceritakan tentang permainan Hitori Kakurenbo atau hide and seek alone. Teman-teman bisa coba mencari tahu lebih banyak mengenai permainan ini di internet. Sempat heboh karena katanya permainan ini benar-benar menelan korban. Ada novel horor Indonesia yang mengangkat tema ini, dan saya pernah membahasnya di blog ini, judulnya Petak Umpet Minako.
Kembali ke The Suffering, kali ini ceritanya dari sudut pandang Tark (dalam The Girl from The Well, sudut pandangnya Okiku). Tark dikisahkan belajar eksorsisme dan diam-diam mempraktikkannya sendiri. Wah, wah, saya mencium bau masalah nih... Apalagi disebut-sebut juga bahwa nantinya dia akan mengunjungi sebuah tempat di Jepang, sebuah hutan lebih tepatnya, yang terkenal sebagai tempat orang bunuh diri. Kalau tidak salah namanya Hutan Aokigahara. Wah, wah... saya sudah tidak sabar untuk membaca kengerian yang akan ditimbulkan oleh hutan mencekam ini.
Kamu sedang melihat cermin? Yakin cuma bayanganmu yang kamu lihat di dalamnya...? ;)
___________________________________________________________________________
Sedikit pesan nih.... :D
Seperempatnya dari 100k nih... terima kasih banyak ya, sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya di blog ini ^-^/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar