Minggu, 22 Desember 2013

Aku Tahu Kamu Hantu - Jangan Saling Ganggu Ya!

Berbeda dengan novel-novel horor lainnya yang akhir-akhir ini saya baca, Aku Tahu Kamu Hantu karya Eve Shi bukanlah kumpulan cerpen, melainkan satu cerita utuh. Saya menghabiskan waktu semalaman untuk membacanya. Ceritanya tentang apa sih?

Alur Cerita

Olivia, atau yang akrab dipanggil Liv, adalah seorang gadis remaja yang baru saja menginjak usia 17 tahun. Hari ulang tahunnya bisa dibilang menyebalkan; kedua orang tuanya tidak mengucapkan selamat, dan di sekolah dia melihat hal-hal yang tidak mengenakkan. Tidak butuh waktu lama bagi Liv untuk menyadari bahwa dirinya ternyata bisa melihat makhluk-makhluk gaib, dan hal ini sangat menganggunya. Kehidupan Liv sudah cukup runyam tanpa kehadiran mereka. Di rumah, Liv harus menghadapi ayahnya yang terlalu cuek dan gila kerja, sedangkan di sekolah, Liv harus menghadapi penggencetan karena dia menyukai seorang cowok idola sekolah.
Liv ingin mengabaikan makhluk-makhluk gaib yang mengikutinya, tapi ketika salah satu dari mereka adalah teman satu sekolahnya, yang telah beberapa hari dikabarkan hilang, Liv tidak bisa diam saja. Liv yakin temannya ini dibunuh dan jasadnya masih ada di sekitar sekolah. Tapi siapa yang mau percaya kata-katanya? Salah-salah malah Liv dikira sinting. Mau tidak mau, Liv harus memecahkan sendiri misteri ini, walaupun dia tahu tindakannya berbahaya dan nyawa jadi taruhannya.

Opini

Ya... alur ceritanya sederhana dan mudah ditebak, tapi cara penyampaiannya santai dan nyaman diikuti. Saya jadi teringat masa-masa saya SMA dulu; betapa menyebalkannya pergencetan, betapa deg-degannya naksir cowok, dan betapa menyeramkannya keadaan sekolah di malam hari (ya, saya pernah menginap di sekolah untuk acara ekskul, kamu juga pernah kan?).
Konflik-konflik yang disajikan klise, tapi saya suka cara Liv menghadapi setiap masalah yang dihadapinya. Dia cewek tangguh, itu jelas. Dia berani mengutarakan pendapatnya dan berani melawan saat dia ditindas dan dipojokkan, tapi dia juga berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu yang dapat membuatnya terjerumus ke dalam masalah yang lebih parah lagi.
Selain Liv, tokoh-tokoh lainnya tipikal. Ada Kenita, teman sebangku Liv yang awalnya terkesan cuek dan jutek tapi sebenarnya baik hati. Ada Ines, tipe cewek angkuh penindas. Ada Saras, tipe cewek pendiam yang ditindas. Ada trio cowok cakep idola sekolah (yang salah satunya ditaksir Liv). Ada juga Daniel, sahabat Liv yang tiba-tiba saja berkelakuan aneh. Tokoh-tokohnya lumayan banyak, dan menurut saya hubungan di antara mereka disajikan dengan cukup baik, terlepas dari betapa klisenya karakter mereka.

Desain Sampul & Ilustrasi Isi

Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan desain sampulnya karena begitu minimalis, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kombinasi warna krem dan merah tampak serasi. Yang menarik adalah ilustrasi isinya, dimana ada 9 hari yang menampilkan gambar seorang cowok yang tampak berjalan makin lama makin mendekati pembaca. Gambar cowoknya mirip zombi dan cukup menyeramkan. Salut untuk Tyo yang mengerjakan ilustrasi isi ini.
Satu hal lagi yang membuat saya menyukai buku ini adalah bonus pembatas buku yang bentuknya lucu. saya pasangkan pita supaya bisa digantung. Hehehe.

Akhir Kata

Kalau kamu penggemar novel horor, buku ini layak untuk dikoleksi. Tapi kalau kamu bukan penggemar horor, boleh juga coba baca buku ini, siapa tahu kamu jadi suka horor ;) Soalnya ceritanya tidak terlalu menakuti-nakuti kok.
Oh iya, blog ini sudah mencapai 1.000 pageview! :D Saya ingin mengucapkan terima kasih pada para pembaca, semoga ulasan-ulasan yang saya tulis disini sedikitnya bisa bermanfaat dan ke depannya saya dapat membuat tulisan yang lebih bermanfaat lagi. 


Rabu, 18 Desember 2013

The Hobbit, Desolation of Smaug - Tiga Jam yang Seru dan Membosankan

Kemarin malam, saya berkesempatan untuk menonton film sekuel The Hobbit yang berjudul The Desolation of Smaug, ditemani adik saya yang sempat misuh-misuh di jalan karena macet sekali padahal kami dikejar waktu (film tayang jam 18:10 dan jam enam kami masih di jalan). Yah, dia juga sih yang mandi dan dandannya kelamaan... tapi saya diam saja, daripada dia makin kalap di jalan... hahaha. Untungnya, kami masih kebagian tiket dan tempat duduk yang posisinya oke (mungkin karena hari kerja, teaternya tidak penuh penonton), langsung masuk teater karena film sebentar lagi dimulai (tidak sempat beli cemilan, tapi saya bawa bekal minuman).



Karena saya sudah membaca novel The Hobbit, saya jadi tahu adegan-adegan apa saja yang berbeda dengan cerita di buku, dan adegan-adegan apa saja yang ditambahkan. Walaupun begitu, saya tetap dapat menikmati filmnya tanpa terlalu mempermasalahkan perbedaan dan penambahan adegan itu. Tokoh Legolas dan Tauriel juga sebenarnya tidak ada, tapi dimunculkan untuk menyenangkan hati para penggemar Legolas (saya salah satunya :p). Tapi entah kenapa, sepak terjang tokoh Legolas disini kurang greget bagi saya. Adik saya berkomentar bahwa Legolas jadi terlalu jago bertarung (dibandingkan dengan di trilogi The Lord of The Rings), dan saya balas, "Kan di LOTR Legolas kalah keren sama Aragorn, jadi disini dia unjuk gigi." Menurutmu bagaimana? ^_^

Terlepas dari betapa keren dan serunya film ini, durasi waktu tiga jam ternyata cukup membuat saya bosan. Saya mengecek jam sampai tiga-empat kali, dan sempat menguap juga di dalam teater >,< Lega sekali rasanya begitu film selesai.

Berikutnya saya akan menjabarkan alur cerita film ini, jadi buat kawan-kawan yang belum nonton dan tidak suka spoiler, jangan diteruskan membaca ya.


Alur cerita

Di akhir film pertama, An Unexpected Journey, Gandalf, Bilbo, dan para kurcaci berhasil selamat dari kepungan orcs berkat bantuan kaum elang. Ternyata mereka belum bisa bernapas lega, karena para orcs itu masih mengejar mereka. Untungnya, mereka tiba di pondok Beorn, seorang manusia setengah beruang, dan dapat berlindung disana. Beorn bahkan memberi mereka perbekalan dan meminjami mereka kuda poni, lalu mengawal mereka hingga ke perbatasan Hutan Mirkwood. Rencananya, mereka akan menembus hutan yang berbahaya ini sebelum meneruskan perjalanan ke Lonely Mountain. Namun Gandalf tidak bisa menemani mereka, karena dia ada urusan lain (biasa lah, penyihir kan sibuk).

Hutan Mirkwood ini sebenarnya wilayah kekuasaan kaum elf, tapi karena kuasa gelap sedang merebak, hutan ini juga menjadi tempat tinggal kaum monster laba-laba. Para kurcaci nyaris dimangsa laba-laba ini, kalau saja Bilbo tidak cerdik dan menyelamatkan mereka semua. Sayang, lepas dari cengkeraman laba-laba, jatuh ke tangan kaum elf. Kaum elf dan dwarf kan terkenal berselisih, jadi tidak heran kalau para kurcaci ini langsung dilucuti senjatanya dan dijebloskan ke penjara. Thranduil, raja kaum elf (dan juga ayahnya Legolas) menawarkan kerjasama pada Thorin, tapi Thorin menolaknya dan Thranduil yang marah berkata tidak akan pernah membebaskan para kurcaci dari penjaranya. Namun, sekali lagi Bilbo (yang menggunakan cincin ajaib untuk menghilang) menjadi penyelamat; dia mencuri kunci penjara dan membebaskan semua kurcaci.

Walaupun masih dikejar-kejar sekelompok orcs, para kurcaci berhasil lolos dari penjara kaum elf dan menyusup ke Kota Danau berkat bantuan Bard, salah seorang penduduk kota yang mereka sogok dengan sisa-sisa uang yang mereka punya. Saat hendak mencuri dari gudang senjata, para kurcaci tertangkap oleh pasukan keamanan kota. Thorin kemudian mengungkapkan jati dirinya di hadapan seluruh penduduk kota dan menjanjikan sejumlah harta karun jika mereka berhasil dalam misi mereka membantai naga dan merebut kembali kerajaan kurcaci di Lonely Mountain. Wali Kota yang tamak segera menyambut penawaran ini, dan memberi perbekalan serta senjata untuk para kurcaci. Bard mengingatkan para penduduk bahwa sang naga akan menyerang mereka jika mereka membantu para kurcaci, tapi semua orang sudah dibutakan oleh harta dan tak ada yang menggubris peringatan Bard.

Perjalanan para kurcaci pun berlanjut. Mereka tiba di Lonely Mountain dan nyaris frustasi saat mereka tidak dapat menemukan pintu masuk rahasia. Untunglah lagi-lagi Bilbo bersikap cerdik dan pantang menyerah, dia lah yang menemukan pintu masuk itu. Dia pula yang kemudian disuruh mengintai ke ruang harta karun untuk mencuri permata Arkenstone, simbol kerajaan kurcaci (kasihan sekali Bilbo ini). Bilbo memang berhasil menemukan permata itu, tapi dia juga berhasil membangunkan Smaug sang naga. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Para kurcaci yang berniat menyelamatkan Bilbo ikut dikejar-kejar dan disembur-sembur api. Pada akhirnya, berkat kerja keras dan kerjasama semua orang, mereka berhasil menyudutkan dan membuat Smaug kesal. Saking kesalnya, Smaug terbang pergi untuk menghancurkan Kota Danau, karena dia tahu, para kurcaci dan penduduk Kota Danau pastilah bekerja sama untuk menyingkirkan dirinya. Film diakhiri dengan adegan Bilbo, dengan perasaan bersalah, memandangi Smaug yang terbang menjauh.

Kamis, 28 November 2013

The Master's Sun - Bagi Para Hantu, Dia Seterang Matahari

Tidak terasa Bulan November sudah hampir berakhir.
Dan saya belum menulis sesuatu yang baru di blog ini! >,< Padahal ada beberapa buku yang saya baca dan beberapa film yang saya tonton. Mungkin semuanya kurang meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya.
Namun demikian, kali ini saya akan coba membahas sebuah serial drama Korea yang berjudul The Master's Sun.


Alur Cerita

Tae Gong Shil/The Sun
Wanita yang tampak menyedihkan di samping ini adalah Tae Gong Shil, nama julukannya adalah Tae Yang (artinya matahari/sun). Dia pemeran utama serial drama ini, dan dia dapat melihat hantu. Gara-gara kemampuannya inilah sang matahari yang tadinya bersinar cerah terpuruk dalam gelapnya kehidupan. Bagaimana tidak? Hantu-hantu selalu mengikutinya kemanapun dia pergi, dan mereka meminta Gong Shil melakukan berbagai macam hal agar mereka dapat tenang dan tidak bergentayangan lagi. Semua orang memandang Gong Shil dengan aneh dan menganggapnya sudah gila. Karena terus-menerus dipecat dari tempat kerjanya, akhirnya Gong Shil bekerja sebagai pengurus gedung apartemen sederhana (lebih mirip indekos sih...). Setidaknya disini Gong Shil tidak harus sering melakukan interaksi sosial, alias dia bisa menyendiri (dan meratapi nasibnya).

Joo Joong Won/The Master
Suatu ketika, Gong Shil bertemu dengan seorang pria tampan nan mapan bernama Joo Joong Won. Saat Gong Shil menyentuh Joong Won, tiba-tiba saja hantu yang mengikutinya menghilang! Tentu saja Gong Shil sangat gembira dan bertekad untuk terus berada di dekat Joong Won agar bisa menyentuhnya kapan pun dia diganggu hantu. Masalahnya, Joong Won mana sudi didekati oleh wanita yang mirip gelandangan ini. Ya, Joong Won kan presdir sebuah mall terkenal, Kingdom, bahkan dia dijuluki master oleh para anak buahnya. Tapi Gong Shil pantang menyerah. Berbagai cara dia lakukan untuk dapat diterima bekerja di Kingdom (awalnya sebagai staf cleaning service). Joong Won yang awalnya selalu mengusir Gong Shil, lambat laun mulai percaya bahwa Gong Shil dapat melihat hantu. Joong Won bahkan meminta Gong Shil membantunya menemukan sebuah kalung super mahal yang keberadaannya hanya diketahui oleh seorang wanita yang sudah meninggal. Gong Shil memang pernah melihat hantu wanita yang bernama Cha Hee Jo itu di dekat Joong Won, tapi sang hantu menolak memberitahukan dimana kalung berharga itu berada.

Gang Woo
Sementara itu, di apartemen tempat Gong Shil tinggal datang penghuni baru: seorang pria tampan bernama Gang Woo. Gang Woo bekerja di Kingdom sebagai security guard, tapi sebenarnya dia orang suruhan ayahnya Joong Won yang bertugas untuk memata-matai gerak-gerik Joong Won, juga menyelidiki kasus penculikan yang dulu pernah menimpa Joong Won dan menyebabkan hilangnya kalung berharga. Sejak awal, Gang Woo tertarik pada tingkah laku Gong Shil yang unik, dan akhirnya dia pun mengakui bahwa dia menyukai Gong Shil. Pengakuan ini membuat Gong Shil salah tingkah dan Joong Won diam-diam cemburu. Gang Woo sebenarnya orang yang penakut akan hantu, jadi awalnya Gong Shil ragu-ragu untuk memberitahukan kenyataan bahwa dia dapat melihat hantu (Gang Woo pasti akan membencinya!). Tapi setelah akhirnya mengetahui hal ini, Gang Woo berusaha untuk menjadi lebih berani karena dia ingin melindungi Gong Shil (dia tidak mau kalah dari Joong Won, karena Gong Shil selalu meminta perlindungan pada Joong Won).

Tae Lee Ryung
Oh, tidak, ini bukan cerita cinta segitiga antara Gong Shil, Joong Won dan Gang Woo. Suasana makin ricuh berkat keterlibatan seorang wanita angkuh bernama Tae Lee Ryung. Lee Ryung adalah seorang aktris terkenal (tidak heran dia begitu angkuh) yang menjadi model iklan di Kingdom. Dahulu, dia satu SMA dengan Gong Shil dan selalu menjadi bayang-bayang Gong Shil. Kalau Gong Shil dijuluki matahari besar, maka Lee Ryung dijuluki matahari kecil (karena nama keluarga mereka sama-sama Tae). Karena itulah, Lee Ryung tidak suka pada Gong Shil hingga sekarang. Kebenciannya makin menjadi-jadi ketika dia tahu bahwa Gang Woo yang diam-diam dia taksir ternyata menyukai Gong Shil!

Opini

Saya menyukai episode-episode awal The Master's Sun dimana hantu-hantu mengerikan muncul dengan kisah tragis mereka masing-masing. Namun lama kelamaan hal ini jadi membosankan karena ujung-ujungnya Gong Shil selalu sukses membantu mereka untuk tenang dan melanjutkan perjalanan ke akhirat. Episode-episode terakhir lebih banyak drama dan percintaannya dibandingkan dengan misterinya. Saya jadi mengantuk menontonnya.... dan ketika saya terbangun lagi, tiba-tiba saja sudah happy ending! Hore! *apaan coba.

Yang jelas, The Master's Sun adalah drama Korea yang cukup menyegarkan di tengah maraknya drama percintaan dengan intrik-intrik yang membosankan. Walaupun tetap masih bisa ditemukan hal-hal klise di dalamnya, secara keseluruhan drama yang terdiri dari 17 episode ini layak tonton.


Trivia


  • Pemeran Tae Gong Shil, yakni Gong Hyojin, pernah menjadi bintang tamu di variety show favorit saya, Running Man. Ketika itu dia dipasangkan dengan Lee Kwang Soo (anggota Running Man yang paling tinggi), jadi Hyojin tampak sangat imut, padahal dia sudah pakai sepatu hak super tinggi.
  • Pemeran Gang Woo, yakni Seo In Guk, adalah seorang penyanyi. Dia adalah pemenang dari acara pencarian bakat musik Superstar K. Dia juga menyanyikan lagu soundtrack untuk The Master's Sun, judulnya No Matter What.
  • Ada Min-Ah di episode 2. Min-Ah adalah salah satu anggota girlband Girl's Day.
  • Ada Lee Chun Hee di episode-episode akhir. Penggemar variety show Family Outing pasti mengenalinya--dia anggota yang paling lemah dan sering ditindas oleh Kim Soo Ro dan Lee Hyori (dan semua anggota lainnya sih...). Menurut saya, peran Chun Hee disini terkesan agak dipaksakan, dan saya tidak bisa berhenti cekikikan melihat tampangnya yang serius, karena di Family Outing dia begitu mengenaskan.
  • Anggota boyband Infinite, L, memerankan Joo Joong Won ketika masih remaja. L juga pernah menjadi bintang tamu di Running Man.

Selasa, 08 Oktober 2013

Insidious - Dwilogi Film Horor yang Sarat Kejutan

Sinopsis Insidious 1 (2010)

Josh dan Renai Lambert, bersama dengan ketiga anak mereka, baru saja pindah ke rumah baru. Malangnya, mereka diguncangkan oleh sebuah insiden yang membuat putra pertama mereka, Dalton, mengalami koma. Dokter dan pihak rumah sakit tidak dapat menemukan penyebabnya walaupun sudah melakukan berbagai tes. Akhirnya Dalton pun dirawat di rumah. Keadaan memburuk ketika kejadian-kejadian aneh mulai menimpa keluarga Lambert: pintu rumah yang terbuka sendiri tengah malam, bisik-bisik menyeramkan di baby monitor, hingga penampakan sesosok pria tinggi besar yang mengintai Cali (anak bungsu keluarga Lambert). Renai tidak tahan dengan semua ini, apalagi Josh malah terkesan menghindar dan jadi sering lembur di sekolah. Renai pun minta pindah rumah, dan Josh menurutinya.

Ternyata, setelah keluarga Lambert pindah ke rumah baru (lagi), kejadian-kejadian aneh masih juga mengganggu mereka. Lorraine, ibunda Josh, mengenalkan mereka pada seorang cenayang bernama Elise Rainier yang menurutnya bisa membantu. Elise menjelaskan bahwa Dalton koma karena rohnya terjebak di dunia lain yang disebut The Further, dan roh-roh lain berebut untuk mengambil alih jasad Dalton, karena itulah kejadian-kejadian aneh menimpa keluarga Lambert. Dalton memang istimewa karena ia memiliki kemampuan untuk menjelajah ke dunia lain saat ia tidur, tapi kali ini ia menjelajah terlalu jauh dan tidak bisa kembali. Kemampuan Dalton ini ternyata diturunkan dari sang ayah, Josh. Sekarang, untuk membangunkan Dalton dari koma, Josh harus pergi ke The Further dan mencari roh putranya itu, lalu membawanya kembali. Hal ini tentu sangat berbahaya, tapi apapun akan dilakukan demi anak, kan?


***SPOILER ALERT***
Di akhir cerita, Josh berhasil membawa kembali roh Dalton. Namun, roh Josh sendiri gagal kembali ke jasadnya. Jadi, roh siapa yang masuk ke tubuh Josh dan membunuh Elise?
Tidak selamanya senyum itu membawa kebahagiaan ...

Intermezzo

Saya tidak menonton Insidious 1 di bioskop, terlepas dari semua komentar positif yang saya baca dan dengar tentang film horor yang satu ini. Mungkin waktu itu saya sedang tidak ada waktu luang atau tidak ada uang hahaha. Walaupun tidak menontonnya di layar lebar dengan sound system menggelegar, saya tetap puas menonton film ini.

Begitu mendengar kabar bahwa Insidious akan dibuat sekuelnya, saya sangat senang. Di kota tempat tinggal saya, Insidious 2 sudah mulai tayang di bioskop dari beberapa waktu yang lalu, tapi saya baru sempat menontonnya kemarin bersama adik saya. Berhubung saya menontonnya pada hari kerja (biar lebih murah dong tiketnya), teater nampak kosong melompong (mungkin kurang dari 20 penonton). Di barisan tempat saya duduk, sebelah kanannya benar-benar kosong, jadi saya taruh tas di kursi samping saya biar tidak diduduki oleh makhluk halus hahaha.

Sinopsis Insidious 2

Film dibuka dengan adegan flashback ketika Lorraine pertama kali bertemu dengan Elise yang datang ke rumahnya untuk membantu Josh yang punya masalah dengan mimpi buruk. Saat itu, untuk mencegah roh Josh berjalan-jalan ke dunia lain, Elise dan rekannya Carl menghipnotis Josh dan menghapus ingatan Josh akan kemampuan istimewanya.

Adegan pindah ke masa kini. Karena polisi masih melakukan investigasi di rumah keluarga Lambert yang menjadi TKP pembunuhan, Josh,  Renai, dan anak-anak untuk sementara mengungsi ke rumah bunda Lorraine. Kejadian-kejadian aneh masih menghantui ... piano berbunyi sendiri, baby walker bunyi dan jalan-jalan sendiri, penampakan seorang wanita bergaun putih ... Renai dicengkeram ketakutan. Ditambah lagi, ia masih curiga pada kelakuan aneh suaminya, walaupun polisi bilang sidik jari di leher Elise yang tewas tercekik bukanlah sidik jari Josh.

Sementara itu, Lorraine yang juga merasakan keanehan di rumahnya, melakukan investigasi dengan dibantu oleh Specs dan Tucker (asisten Elise), dan juga Carl. Investigasi mereka berujung pada penemuan mengejutkan terkait kasus pembunuhan berantai yang sudah lama terjadi dan pembunuhnya tidak tertangkap polisi. Nah, apa kaitan kasus ini dengan keanehan-keanehan yang terjadi pada keluarga Lambert?

Opini 

Hal pertama yang terlintas di pikiran saya saat membicarakan Insidious adalah: film ini sarat kejutan menyeramkan dari awal sampai akhir. Penonton hanya diberi sedikit waktu jeda untuk menarik napas. Inilah tipe film horor yang saya suka; yang menegangkan, bukan penuh darah dan menjijikkan. Benar-benar tidak merasa rugi membayar tiket bioskop untuk menonton film ini, karena saya sangat menikmatinya.

Saya suka cara Insidious 1 dan 2 dikaitkan. Beberapa kejadian aneh di Insidious 1 dijelaskan di Insidious 2 ini. Konsep makhluk halus dan dunia lainnya juga sesuai dengan apa yang saya yakini: bahwa dunia lain itu tidak mengenal batasan waktu (masa lalu, masa kini, masa depan), jadi para makhluk halus bisa bebas melenggang menembus waktu.

Di Insidious 2, ada adegan yang mengingatkan saya akan film horor klasik, THE SHINING. Sudah nonton filmnya? Kalau sudah, pasti tahu adegan mana yang saya maksud :) Selain adegan ini, ingat tidak dua hantu perempuan bergaun putih yang berdiri di samping jam besar di film Insidious 1? Saya merasa mereka berdua adalah versi dewasa dari hantu gadis kembar bergaun putih yang ada di film THE SHINING :))

Tokoh-tokoh

Josh Lambert - kemampuannya untuk menjelajah ke dunia lain itu sebenarnya berkah atau kutukan?
Renai Lambert - salut karena dia masih tetap waras walaupun terus-menerus dicengkeram kecemasan, ketakutan, dan kepanikan. Ya, ibu dari tiga orang anak memang harus kuat.
Elise Rainier (yang di sebelah kanan ya) - sebenarnya kasihan sama dia, karena bahkan setelah meninggal pun dia masih  belum bisa tenang dan terus membantu menyelesaikan masalah supernatural.
Specs & Tucker (asisten Elise) - duo inilah yang mencairkan suasana tegang dengan kekonyolan-kekonyolan mereka :D
Ingin kengerian ini berlanjut? Langsung saja ke Insidious 3

Senin, 16 September 2013

Nightmare Side III - Jangan Baca Sendirian!

Kalau berbicara tentang Nightmare Side Ardan, saya jadi ingin bercerita tentang kegemaran saya mendengarkan cerita horor di radio. Ya, sebelum dijadikan buku, Nightmare Side adalah nama sebuah program di Radio Ardan yang disiarkan setiap Malam Jumat jam 10. Teman-teman yang berdomisili di Bandung pasti sudah tidak asing dengan program ini. Saya sendiri sudah mulai mendengarkan Nighmare Side Ardan sejak saya SD (mungkin sekitar tahun 1998 atau 1999). Malah, dulu saya suka merekamnya di kaset atau menuliskannya di buku untuk kemudian dipinjamkan kepada teman-teman di sekolah :))

Betapa senangnya saya ketika mengetahui bahwa Nightmare Side muncul dalam format buku (apalagi ada bonus CD-nya XD) Dan sepertinya saya bukan satu-satunya orang yang menggandrungi Nightmare Side, buktinya waktu itu saya sampai kehabisan buku pertamanya dan langsung saja beli buku yang kedua (walaupun akhirnya saya dapat juga buku yang pertama... mungkin edisi cetak ulang, saya tidak mengeceknya). Untungnya, buku Nightmare Side ini kan berisi kumpulan cerita horor, jadi tidak masalah mau baca yang nomor berapa dulu.

Nah, langsung saja kita bahas buku Nightmare Side yang ketiga. Desain sampulnya memiliki gaya yang berbeda dengan dua buku pertama, tetapi tetap bernuansa seram tentunya. Yang disoroti adalah sebuah boneka bayi tersenyum (in a way, it's creepy indeed). Dalam buku ini ada 23 cerita pendek tentang pengalaman-pengalaman menyeramkan di daerah Bandung dan sekitarnya. Sudah pasti teman-teman yang tinggal di Bandung akan lebih merinding bacanya karena sudah hafal dengan TKP yang disebutkan dalam cerita--mungkin setiap hari lewat situ, rumahnya di daerah situ, atau malah sekolah atau kantornya di situ!


Desain isi buku ini bagus dan menyeramkan, tapi ada satu background (gambar rumah) yang mengurangi keterbacaan teks karena gelap. Selain itu, typo yang bertebaran juga mengurangi kenyamanan membaca. Mudah-mudahan di edisi cetak ulangnya proses penyuntingannya lebih ketat lagi.

Akhir kata, saya akan berikan cuplikan cerita yang berbeda dengan yang tertera di sampul belakang buku, supaya teman-teman penasaran untuk membeli dan membaca sendiri bukunya :p

Waktu kulihat, kucing itu sepertinya memang benar-benar masuk ke sumur! Aku ingin memastikannya dengan keluar dan melihatnya, tapi aku mengurungkan niat itu ketika tiba-tiba saja muncul bau menusuk ... Seperti bau busuk ... Bau itu terasa dekat dan sangat menyengat ...

Ini seperti bau ... bangkai?! Dan lamat-lamat, terdengar suara kucing! Hanya saja kali ini terdengar berbeda dan menyeramkan! Secara refleks aku melihat ke sekitar, tapi tidak menemukan apa-apa.

Aku mulai merasa ketakutan. Kucoba untuk membaca doa-doa yang kutahu dalam hati. Lalu, dari balik pintu kamarku terdengar suara cakaran! Diiringi suara kucing yang terus terdengar semakin kencang! Langsung saja kuambil sebuah benda di dekatku dan kulemparkan ke arah pintu! Suara itu pun hilang ...

Bulu kudukku kini sudah berdiri semua. Cepat-cepat kucoba menutup jendela kamar. Namun, belum sampai jendela itu tertutup, terdengar lagi suara kucing. Kali ini, suara itu terdengar sangat dekat! Seperti ada di bawah, dari dekat kakiku!

Dengan ketakutan dan perlahan, aku menengok ke bawah ... "AAAAAA!!! ASTAGA!!!"

Terlihat sesosok wanita sedang jongkok! Memakai gaun hitam dan rambutnya panjang! Wajahnya pucat! Matanya berwarna kemerahan! Mulutnya menganga dan mengeluarkan suara kucing ...

Kamis, 12 September 2013

Marginalia - Kalau Cinta Tak Akan Kemana

Marginalia karya Dyah Rinni adalah pemenang kedua lomba penulisan novel romance Qanita. Nama pengarangnya bagus ya, sama kayak saya, orangnya cantik juga kayak saya :v *dibata orang sekampung.

Sinopsis

Aruna adalah vokalis band rock Lescar yang sedang naik daun, dan Drupadi adalah seorang wanita pemilik wedding organizer yang baru saja selamat dari ambang kebangkrutan. Kedua orang ini memiliki kepribadian yang bertolak belakang: Aruna memiliki sisi melankolis dan menyukai puisi karena pengaruh almarhumah pacarnya, Padma, sedangkan Drupadi yang telah dua kali dikecewakan pria memiliki sikap yang dingin dan skeptis terhadap cinta. Namun, keduanya memiliki persamaan juga, yakni pernah mengalami patah hati (yang mereka sikapi secara berbeda).

Takdir Aruna dan Drupadi terhubung melalui sebuah kafe bernama Marginalia. Kafe ini memiliki koleksi buku yang boleh dibaca dan ditulisi oleh para pelanggan yang datang kesana. Padma adalah salah seorang pelanggan kafe Marginalia, dan buku yang paling ia sukai dan sering ia tulisi adalah buku puisi karya Rumi. Drupadi memiliki pandangan yang berbeda; menurutnya buku ini "cengeng" dan itu membuat Aruna marah dan tidak terima. Aruna bertekad untuk melabrak Drupadi yang ia anggap orang tak punya hati, tapi mengapa oh mengapa semua amarahnya menguap saat ia berhadapan langsung dengan Drupadi?

Plot

Oh, saya suka plotnya. Cukup cepat dan dramatis. Beberapa adegan cukup mengejutkan dan menggugah emosi, tapi tidak sampai bikin saya geregetan. Konflik-konflik yang disajikan juga bagus, sayangnya penyelesaiannya kurang cantik. Bagian ending agak terkesan dipaksakan untuk sesuai dengan kutipan Rumi berikut ini: Kekasih tak begitu saja bertemu di suatu tempat, mereka sudah saling mengenal sejak lama.
Satu hal lagi, cerita disajikan bergantian dari sudut pandang Aruna dan Drupadi, dan bagi saya ini menyenangkan, walaupun di beberapa bagian saya sempat bingung ini yang lagi cerita Aruna atau Drupadi.

Tokoh-tokoh

Drupadi: wanita lajang berusia 32 tahun yang agak-agak kuatir dirinya bakal jadi perawan tua. Bagi saya, Drupadi tidak menyebalkan, dia hanya bersikap realistis. Mengintip masa lalunya, tak heran dia menjadi skeptis terhadap cinta.

Aruna: pria berusia 27 tahun yang mengagungkan cinta. Baginya, cinta bersahabat dengan setia, dan bila ia sudah jatuh cinta pada seseorang, ia akan setia. So sweet sekali kan cowo satu ini? :D Sayangnya Aruna gagal merebut hati saya, karena menurut saya sikapnya agak kekanakan hahaha.

Drupadi & Aruna: saya agak sulit menyandingkan kedua tokoh ini... *berpikir keras. Sejak awal saya kurang sreg sama Aruna yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Drupadi, deskripsinya terkesan bahwa Aruna hanya mengagumi fisik Drupadi. Memang sih, antara cinta dan benci itu beda-beda tipis, tapi peralihan antara kedua rasa ini menurut saya kurang halus disajikan dalam buku ini.

Inez: sepupu Drupadi yang menyebalkan setengah mati. Oke, kamu sukses membuat saya ingin menceburkanmu ke Samudra Atlantik! :D

Adnan: mantan pacar Drupadi yang bikin saya kasihan sekaligus sebal sama dia. Sikapnya terkesan pengecut dan tidak layak disebut sebagai pria! Heran juga kenapa Drupadi mau sama orang kayak gini. Ternyata oh ternyata, hubungan mereka itu hasil perjodohannya Tante Lisye (ibunya Inez, dan ya, ibu dan anak ini sama menyebalkannya).

Irwan: calon suami Inez yang bikin saya kasihan juga. Soalnya dia cuma tokoh sempilan yang kelihatannya tidak punya karakter. Agak penasaran sama dinamika hubungannya dan Inez.

Gandi & Sonya: suami istri pemilik kafe Marginalia. Mereka sepertinya orang-orang yang cukup menyenangkan, tapi kepercayaan mereka akan keajaiban cinta agak membuat saya memutar-mutar bola mata.

Desain Sampul dan Layout

Hmm... desain sampulnya mengingatkan saya akan segelas cokelat atau cafe latte di sebuah kafe. Desainnya bagus, walaupun kurang mencerminkan tentang konsep Marginalia itu sendiri. Layout isi buku oke, minim
alis dan masih nyambung sama desain sampulnya.

Akhir kata

Saya menikmati membaca novel roman ini. Novel ini cocok sekali untuk para wanita yang butuh hiburan tapi tidak punya banyak waktu luang.

Selasa, 10 September 2013

Seven Days - Perjalanan Untuk Menemukan Cinta

Seven Days karya Rhein Fathia adalah pemenang pertama lomba penulisan novel romance dari Penerbit Qanita.

Sinopsis

Nilam dan Shen bersahabat karib sejak mereka kecil. Tak heran, karena usia mereka sepantaran, kedua ayah mereka pun bersahabat, dan mereka punya minat yang sama akan seni dan astronomi.

Saat usia mereka mencapai seperempat abad, Shen mengajak Nilam untuk jalan-jalan ke Bali. Katanya ini jalan-jalan terakhir bagi mereka berdua sebelum Nilam menerima lamaran menikah dari pacarnya, Reza. Jadilah Nilam dan Shen pelesir di Bali selama 7 hari. Apa saja yang terjadi selama mereka di sana dan bagaimana dampaknya terhadap hubungan mereka berdua? Yang pasti, Nilam harus mengambil keputusan besar dalam hidupnya dan dia tidak boleh salah langkah.

Plot

Ini kisah cinta yang endingnya dapat dengan mudah saya tebak (ya, tentu saja happy ending). Mungkin tujuan dari cerita ini bukan memberi pembaca kejutan di akhir, tapi untuk membawa pembaca menikmati proses menuju akhir itu sendiri. Yah, karena pada dasarnya saya bukan pencinta hal-hal yang romantis, saya kurang bisa menikmati perjalanan 7 hari Nilam dan Shen. Saya juga kurang bisa merasakan chemistry di antara keduanya. Beberapa adegan terkesan klise, misalnya ketika mereka mendadak harus menginap di kamar yang sama bukannya terpisah. Adegan-adegan romantis tidak membuat jantung saya berdebar-debar, dan konflik yang disajikan juga tidak membuat saya geram. Intinya, bagi saya buku ini datar, tidak mengguncang emosi.

Tokoh-tokoh

Saya suka karakter Shen yang rapi dan terorganisir, tapi tidak terlalu terlihat memaksakan kehendaknya. Sebaliknya, saya tidak suka karakter Nilam yang takut pada anjing, monyet, dan lain-lain. Dia sepertinya orang yang paranoid. Sementara itu, Reza ... well, Reza adalah seseorang yang too good to be true karena dia begitu sabar, pemaaf, dan pengertian, dan itu, anehnya, membuat dia membosankan.

Desain sampul dan layout

Desain sampulnya bagus dan pilihan warnanya juga oke, walaupun kurang mencerminkan nuansa traveling. Layout-nya cantik dan cukup mencerminkan Bali, walaupun agak tidak nyambung sama desain sampulnya.

Saya suka dengan konstruksi bab di buku ini; diawali dengan Prelude, dilanjutkan dengan Day 1 sampai Day 7, kemudian ditutup dengan Heal The Heart dan Epilog. Blurb-nya juga oke; singkat tapi pas mencerminkan petualangan (termasuk petualangan perasaan ya) tujuh hari Nilam dan Shen.

Rekomendasi

Saya sarankan untuk membaca buku ini sambil makan jeruk (karena warnanya sama dengan sampulnya, oranye ... hehe). Dan anggap saja cinta itu seperti jeruk; ada yang manis dan ada juga yang kecut. Perlu perjuangan untuk bisa menikmatinya, seperti makan jeruk yang harus mengupas kulitnya dulu dan membuang biji-bijinya.

Sabtu, 07 September 2013

Kill Bill - Ini Judul Lagunya Brown-Eyed Girls, Bukan Judul Filmnya Tarantino



KILL BILL ini adalah judul lagu terbarunya Brown-Eyed Girls (BG), yah... walaupun tidak baru-baru amat sih. Lagu ini sukses jadi favorit saya mulai dari rilisnya sampai sekarang. Sepertinya kaum remaja penggemar KPOP sih tidak terlalu kenal dengan grup ini, karena BG lumayan lama vakum. BG yang beranggotakan Jea, Narsha, Gain, dan Miryo termasuk grup senior (dilihat dari usia dan lamanya mereka wara-wiri di dunia tarik suara), jadi wajar saja kalau lagu-lagu mereka, beserta video klip dan koreografinya, lebih cocok untuk selera orang dewasa.

Nah, apakah sebelumnya kamu pernah menonton film berjudul KILL BILL karya Quentin Tarantino yang dibintangi oleh Uma Thurman? Kalau sudah pernah, pasti kamu akan merasa sangat terhibur saat menonton video klip yang satu ini :))


Terlepas dari keunikan video klipnya, saya sekali lagi dibuat terkesan oleh kualitas vokal BG. Lagu-lagu bertempo cepat maupun lambat dapat dibawakan dengan baik oleh mereka. Kalau kebetulan main ke YouTube, coba deh cari live acoustic performance mereka. Keren banget. Sangat terlihat kalau mereka ini berpengalaman.



Jea adalah leader dari BG. Dia sudah pernah mengeluarkan single solo berjudul Stray Cat. Saya lupa tahun berapa, kayaknya sih tahun 2012. Jea ini sepertinya anggota BG yang paling dewasa dan kalem.


Narsha adalah anggota BG favorit saya :D Menurut saya dia yang gayanya paling asik, unik, dan sensual (walaupun tidak seksi provokatif seperti Gain). Single solonya yang terkenal berjudul Bbi-Ri-Bop-A dan Mamma Mia (duet sama Sunny Hill--yang akhirnya jadi salah satu grup KPOP favorit saya juga).


Gain bisa dibilang anggota BG yang paling hot dan terkenal. Apalagi setelah baru-baru ini dia jadi model di video klip-nya PSY yang berjudul Gentleman (walaupun menurut saya potensi Gain disini nampak diremehkan). Gain juga pernah berpartisipasi dalam variety show Korea yang terkenal, We Got Married, dimana dia dipasangkan dengan Jo Kwon (dari 2AM) dan mereka salah satu pasangan yang amat disukai oleh pemirsa. Single solo Gain yang terkenal diantaranya berjudul Irreversible dan Bloom.


Miryo adalah rapper-nya BG. Dia yang gayanya paling cool & swag, jaim, tapi (menurut anggota BG yang lain) suka melakukan hal-hal tak terduga :D 


Meskipun video klip versi dramanya keren dan menghibur, saya pribadi lebih suka versi dance/performance-nya, karena bisa melihat secara penuh koreografi yang asik. Plus, saya suka kostum mereka yang bernuansa western cowboy tapi lebih fashionable (cuma kostumnya Gain aja yang kurang sreg buat saya :p).

"Revenge is a dish best served cold."
--KILL BILL

Selasa, 03 September 2013

Hunter - Berburu Anjing Serigala Lucu


Sinopsis

Terjadi serangkaian pembunuhan yang menggemparkan di Jepang. Salah satu tim polisi yang menyelidiki kasus ini adalah pasangan Takako dan Takizawa. Takako adalah wanita berusia tiga puluhan dan Takizawa adalah polisi senior berusia empat puluhan. Karena pada saat itu polisi wanita sangat jarang ada, eksistensi Takako menjadi sangat mencolok dan Takizawa tidak suka itu. Sementara itu, Takako juga tidak suka pada Takizawa yang ia anggap suka seenaknya sendiri (Takako menjulukinya penguin kaisar karena Takizawa pendek). Takizawa memiliki anggapan buruk akan wanita, tetapi Takako sedikit demi sedikit membuktikan bahwa anggapan Takizawa itu salah. Takako harus bersabar dan menelan bulat-bulat semua sindiran dan sikap sinis Takizawa terhadapnya. Bagi Takako, yang lebih penting adalah menyelesaikan kasus ini dan menangkap pelakunya. Setelah itu, ia tidak perlu berurusan lagi dengan Takizawa.

Kasus pembunuhan itu sendiri melibatkan kebakaran besar dan anjing serigala pembunuh. Apakah kedua hal ini berhubungan? Takako dan Takizawa menemukan bukti yang mengarah pada kemungkinan itu. Takizawa tidak suka anjing, tapi Takako berbeda ... Diam-diam ia berharap agar anjing itu tidak pernah tertangkap.

Review

Novel ini alur ceritanya amat lambat dan minim aksi sehingga membuat saya bosan. Seperti halnya Tokyo Zodiac Murders, disini pembaca dicecoki oleh berbagai fakta dan informasi terkait kasus pembunuhan. Bedanya, dalam Hunter, dari awal pembaca memang benar-benar digiring menuju akhir yang mudah ditebak, tidak ada twist atau misteri sama sekali. Saya malah merasa bahwa yang lebih ditekankan dalam cerita ini adalah dinamika hubungan antara Takako dan Takizawa. Lebih ke drama daripada thriller. Sangat terasa kalau penulis novel ini adalah perempuan.

Di paruh kedua cerita, alurnya agak lebih cepat (tapi tetap membosankan) dan saya jadi jatuh cinta pada Topan, si anjing serigala. Dalam bayangan saya, dia ini keren sekali. Sayang sekali ia dijadikan alat untuk menghabisi nyawa manusia.

Film

Ternyata oh ternyata, novel ini sudah difilmkan, tapi oleh Korea, bukan Jepang (saya tidak tahu kenapa dan tidak mau mencari tahu). Judulnya diubah menjadi Howling/The Killer Wolf. Kayaknya saya tidak akan repot-repot menonton film ini, pemeran Takizawa sangat berbeda dengan yang saya bayangkan, ditambah lagi, sang anjing serigala sangat terlihat dijadikan peran antagonis.


Sabtu, 17 Agustus 2013

The Ocean At The End Of The Lane - Masih Ingatkah Pada Masa Kecilmu?

Terkadang, ingatan masa kecil datang tiba-tiba saat dipicu oleh suatu hal kecil. Terkadang, ingatan itu tidak dapat dipercaya--apakah memang benar-benar terjadi atau hanya khayalan saja?

Dalam The Ocean At The End Of The Lane (yang diterjemahkan menjadi Samudra di Ujung Jalan Setapak), Neil Gaiman mengajak kita berkenalan dengan seorang pria yang sedang mengingat dan menceritakan kisah masa kecilnya. Dahulu sang pria memiliki seorang sahabat, seorang gadis bernama Lettie yang tinggal di rumah peternakan di ujung jalan setapak. Disana ada sebuah kolam bebek yang menurut Lettie adalah samudra, jalan penghubung ke dunia lama.
Suatu ketika, terjadi insiden yang membangunkan suatu makhluk dari dunia lama. Lettie pergi mencari makhluk tersebut untuk mengikatnya dan mencegah dia berbuat ulah. Sang pria (saat itu masih seorang bocah lelaki) ikut pergi bersama Lettie walaupun sudah dilarang oleh neneknya Lettie. Saat itu si bocah lelaki tidak tahu seberapa berbahayanya mahkluk ini, dan ia melakukan sebuah kesalahan kecil yang berakibat fatal...

Opini Saya

Jalan cerita novel ini sebenarnya sederhana, namun gaya bercerita Neil Gaiman memang sangat lihai dan menghanyutkan. Saya sempat mandek di suatu halaman yang menceritakan tentang kekerasan pada anak. Karena saya sendiri sedang menantikan seorang anak, rasanya berat saat membaca tentang anak-anak yang mendapat perlakuan tidak pantas dari orang tuanya. Namun, saya menelan ludah dan membaca cepat halaman-halaman itu, berharap sang anak mendapatkan akhir cerita yang bahagia. Yah, memang di satu sisi ceritanya berakhir bahagia, tapi tetap ada kesedihan yang membuat saya merenung.

Di tengah rimba fantasi yang dikuasai oleh tema distopia, saya sangat senang akan kehadiran buku ini. Karya-karya Neil Gaiman memang hampir semuanya mandiri, tidak perlu ditemani oleh buku-buku sekuel. Seperti halnya Coraline dan The Graveyard Book, The Ocean At The End Of The Lane memikat dengan kesederhanaannya, dengan tokoh anak yang rapuh sekaligus tangguh.

Untuk cover, berhubung warnanya biru, tentu saja saya suka sekali :)) Tapi kalau dibandingkan dengan cover versi luar negeri, saya lebih suka versi luar negeri, karena ada atmosfer alam semesta di situ, yang benar-benar mencerminkan samudra yang disebut-sebut di dalam cerita.
Akhir kata, sekali lagi salut untuk Neil Gaiman yang berhasil mempermainkan emosi saya dengan karyanya :)) Saya tidak sabar menanti buku barunya yang katanya akan segera diterbitkan: Fortunately, The Milk ... sebuah buku anak-anak yang ada alien dan perjalanan lintas waktunya. Sepertinya sangat menarik!
Neil Gaiman yang gokil :p

Senin, 12 Agustus 2013

The Conjuring - Investigasi Paranormal yang Penuh Kejutan

Selasa 6 Agustus kemarin, saya dan suami saya pergi menonton film The Conjuring di bioskop Mall Cijantung. Berhubung tempatnya sangat dekat dari rumah, kami bersantai-santai dan berangkatnya mepet jam tayang yang kami incar, yakni 15:30. Ternyata oh ternyata, tiket untuk jam itu sudah SOLD OUT! Saya sempat bete, tapi kemudian suami menyarankan nonton yang jam 20:00 dan kami pun langsung beli tiketnya lalu pulang lagi deh :)) Berangkat lagi ke bioskop jam 19:00 dan pas banget dengan dibukanya pintu teater.

Sinopsis

Ed dan Lorraine Warren adalah sepasang suami istri yang berprofesi sebagai paranormal investigator. Suatu ketika di tahun 1971, Ed dan Lorraine dimintai tolong oleh Carolyn dan Roger Perron untuk menyelidiki rumah mereka. Keluarga Perron, yakni Carolyn, Roger, dan kelima anak perempuan mereka baru saja pindah ke sebuah rumah di daerah pedesaan (rumah itu mereka beli lewat lelang) dan makhluk-makhluk halus penghuni rumah itu tak henti-hentinya mengganggu mereka. Setiap malam, semua jam di rumah itu selalu berhenti di pukul 03.07, semua bingkai foto yang dipasang di dinding jatuh dengan sendirinya,, anjing keluarga tewas secara misterius, dan berbagai gangguan lain yang semakin lama semakin berbahaya.
Lorraine yang memiliki kemampuan psikis, dapat melihat sesosok makhluk hitam yang membayangi Keluarga Perron kemanapun mereka pergi. Ia juga dapat mengetahui bahwa sosok itu memiliki kebencian dan dendam yang sangat kuat yang dapat membahayakan nyawa Keluarga Perron. Ed dan Lorraine menyarankan untuk melakukan eksorsisme pada rumah tersebut. Namun, eksorsisme hanya dapat dilakukan seizin Gereja Vatikan. Karenanya, mereka harus terlebih dulu mengumpulkan bukti-bukti yang cukup meyakinkan akan aktifitas supernatural di rumah itu. Mereka tidak punya banyak waktu, karena makhluk halus di rumah itu sangat kuat dan kejam, hingga nyawa Ed dan Lorraine, dan putri tunggal mereka, ikut terancam.
Ed & Lorraine Warren

Resensi

Karena diangkat dari kisah nyata, sudah dapat ditebak bahwa cerita ini akan berakhir bahagia dan semua orang (setidaknya semua tokoh utamanya) berhasil selamat. Tentu saja mereka harus tetap hidup untuk dapat menyampaikan kisah mengerikan ini kepada khalayak ramai. Jangan mengharapkan twist apapun kalau kamu tidak mau kecewa :D Cukup nikmati saja film yang penuh adegan kejutan ini tanpa banyak berpikir.
Memang ada beberapa adegan klise yang biasa ditemukan di film horor, tapi banyak juga adegan yang tidak terduga. Misalnya, kita menduga makhluk halusnya akan menampakkan diri, tapi ternyata tidak. Ada satu adegan yang sukses membuat saya menjerit kaget (suatu hal yang langka) karena saat itu saya menoleh ke samping untuk mengobrol dengan suami saya dan begitu saya melihat lagi ke layar, saya langsung dihadapkan pada penampakan makhluk halus secara close-up :))
Nuansa jadul sangat terasa di film ini, mulai dari gaya berpakaian para tokohnya hingga berbagai peralatan yang muncul di film (TV, radio, alat perekam gambar). Saya pribadi paling suka dengan satu ruangan di rumah Keluarga Warren yang berisi berbagai artifak menyeramkan dari berbagai investigasi yang mereka lakukan. Di ruangan yang mirip gudang itu terdapat berbagai benda yang dikutuk atau dihuni oleh makhluk supernatural. Dilihat dari banyaknya jumlah benda di ruangan itu, Ed dan Lorraine pastilah orang-orang yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka.
Selain itu, musik dan lagu-lagu di film ini juga sangat membangun atmosfer menyeramkan. Asik deh pokoknya XD Kalau main ke YouTube, bisa cek tautan ini untuk daftar lengkap soundtrack The Conjuring.


Walaupun suami saya bilang film ini kurang menyeramkan (mungkin karena dia sudah sering melihat makhluk-makhluk yang lebih menyeramkan di dunia nyata), secara keseluruhan, saya sangat suka film ini dan saya sangat merekomendasikannya kepada para penggemar film horor di luar sana :D