Rabu, 24 Juni 2015

Petak Umpet Minako - Sembunyi Atau Mati

Sekarang sedang Bulan Ramadhan, jadi nanti malam tidak akan ada acara radio Nightmare Side Ardan. Sebagai gantinya, baca buku ini saja :))

Petak Umpet Minako

karya @manhalfgod


Hal pertama yang membuat saya tertarik dengan buku Petak Umpet Minako adalah temanya yang mengangkat salah satu kebudayaan Jepang, bernama hitori kakurenbo (petak umpet sendirian). Kita tentu sudah tidak asing dengan permainan petak umpet, salah satu permainan favorit anak-anak. Sebagian besar dari kita pasti sudah pernah memainkannya.... bersama teman-teman atau bersama saudara. Nah, dalam petak umpet sendirian, kita bermain petak umpet dengan... arwah.

Awal dari Malam yang Mencekam

Tokoh utama dalam Petak Utama Minako adalah seorang pria bernama Baron. Di malam saat teman-temannya mengadakan acara reuni, Baron malah terkungkung dengan pekerjaannya dan lembur di kantor. Gaby, pacar Baron, menghubungi Baron dan memintanya datang ke gedung sekolah, karena sebagian teman-teman ingin melanjutkan reuni di sana. Berhubung sudah mumet dengan pekerjaannya, dan dia juga harus mengantar Gaby pulang ke rumah, Baron pun meluncur ke sekolah.

Ternyata, di sekolah, teman-teman Baron bermain hitori kakurenbo gara-gara penasaran (dan karena mereka sudah mabuk miras). Yang mereka jadikan medium untuk mengundang arwah adalah sebuah boneka okiku, dan setiap orang yang ikut bermain memberikan sedikit darah mereka untuk dimasukkan ke dalam boneka, yang mereka namai Minako. Mereka tidak menduga bahwa arwah yang dipanggil benar-benar datang dan merasuki Minako. Parahnya, yang datang adalah arwah jahat. Jika seorang pemain tertangkap oleh Minako, jiwanya akan diserap, dan dia akan menjadi anak buah Minako, yang disebut Penjaga. Jadi, Penjaga tak ubahnya adalah mayat hidup, yang bertugas membantu Minako menangkap pemain-pemain lainnya.

Baron yang datang belakangan ke lokasi permainan, "dipaksa" untuk ikut bermain. Dan dia memainkan peran penting hingga akhir permainan.

Ketegangan yang Berubah Menjadi Kebosanan

Permulaan cerita Petak Umpet Minako terasa seru dan menegangkan. Ketika Baron tiba di sekolah yang kelihatannya sangat sepi dan telantar, ketika dia memberanikan diri untuk menjelajahi sekolah, kemudian bertemu dengan kengerian demi kengerian yang tersembunyi di dalamnya. Saya seolah ikut berdebar-debar, walaupun sudah bisa menduga-duga apa yang akan terjadi selanjutnya.

Eh... pas paruh kedua cerita, kok jadi bosan ya? Apa karena dibawa tegang terus, jadinya malah datar? Ada adegan-adegan yang terkesan dibuat-buat supaya ceritanya panjang. Saya jadi tidak sabar untuk segera tiba di akhir permainan.

Terlepas dari ketegangan yang berubah menjadi kebosanan itu, ada poin positif lagi untuk buku ini, yaitu munculnya beberapa kilas balik. Masa lalu Baron bersama dengan teman tertentu, membuat pembaca jadi lebih bisa berempati ketika Baron harus kehilangan temannya itu dengan cara yang brutal.

Komentar Tentang Penampakan Buku

Yang pertama kali dilihat dari sebuah buku biasanya sampulnya kan ya... Nah, menurut saya sampul buku Petak Umpet Minako cukup oke. Gambar boneka okiku dan ukuran judul yang besar dapat menarik perhatian orang dengan cepat. Walaupun saya pribadi kurang suka dengan jenis font yang dipilih untuk judul, secara obyektif itu sesuai dengan isi bukunya.

Setelah melihat sampul buku yang menarik, terus diangkat dong bukunya... Wuih, berat juga. Lebih tebal dari rata-rata novel horor lokal. Buat saya, ini biasanya bikin malas baca... apalagi kalau ternyata isi ceritanya dipanjang-panjangkan. Rasanya buang-buang waktu saja. Tapi sewaktu baca sinopsis di bagian belakang sampul, jadi makin tertarik nih. Abaikan endorsement yang menurut saya tidak ada pun tidak apa-apa.

Di bagian dalam buku, desain lay-out-nya tidak bisa dibilang istimewa, tapi seharusnya memang tidak jadi masalah kalau isi ceritanya seru. Desainnya tidak terlalu gelap, tapi cukup suram. Ada beberapa kesalahan ejaan yang saya temukan, dan saya tandai dengan pulpen merah. Omong-omong, sewaktu anak saya melihat pulpen merah yang tergeletak di samping buku, dia dengan antusias memberikan beberapa dekorasi tambahan di dalam buku... Yah, tak apa, bukunya jadi semakin seram :p

Tertarik Untuk Ikut Bermain?

Kamu bisa mencari lebih banyak informasi tentang hitori kakurenbo di internet, barangkali kamu berminat untuk mencoba permainan ini. Boneka yang digunakan untuk medium bisa apa saja, tidak harus boneka okiku. Kalau di Indonesia mungkin yang familier pakai boneka jelangkung ya.

Beberapa saran yang saya baca adalah, jangan gunakan darah untuk dimasukkan ke boneka, cukup potongan kuku atau rambut, karena darah akan menciptakan ikatan yang kuat dengan sang arwah, ikatan yang sulit diputuskan. Alih-alih memberikan pisau kepada boneka, berikan saja pensil mekanik, karena ini nantinya akan dijadikan senjata untuk menyerangmu. Jangan bermain terlalu lama (atau lebih dari jam tiga subuh), karena semakin lama arwah akan semakin kuat dan sukar diusir.

Terlepas dari upaya-upaya pencegahan yang dilakukan, ingatlah bahwa bermain-main dengan arwah itu berbahaya. Kita tidak akan pernah tahu arwah macam apa yang kita panggil, dan seberapa kuat dia. Selalu ada kemungkinan arwah itu akan menempel pada kita dan mengikuti ke mana-mana. Jadi, kalau mau bermain hitori kakurenbo, risiko tanggung sendiri!

Kamis, 11 Juni 2015

Insidious Chapter 3 - Jangan Sembarangan Mencoba Berkomunikasi Dengan Makhluk Gaib

Sumber: impawards
Rabu malam, saya dan suami berkencan ke TSM, nonton film. Ini keputusan yang spontan dibuat pada pagi harinya, karena kalau direncanakan dulu seringkali malah jadi berantakan. Begitu ada waktu dan sikon mendukung, ya langsung pergi saja.

Awalnya saya bingung mau nonton film apa (kata suami, terserah kamu saja), lalu setelah melihat-lihat film yang sedang ditayangkan di TSM Bandung (tentu saja karena bioskop inilah yang paling dekat rumah, bioskop lainnya tidak masuk perhitungan), saya memilih film Insidious Chapter 3.

Saya sudah membahas Insidious 1 dan 2 di sini.

Adik saya sudah menonton film ini lebih dulu, dan dia sudah pernah menceritakan isi filmnya pada saya. Tentang sutradaranya yang bukan lagi James Wan. Tentang adegan-adegan seram yang klise dan sudah bisa diprediksi kapan munculnya. Tapi berhubung saya penggemar film horor, saya tetap senang menontonnya.

Sebelumnya saya sudah mengecek jadwal tayang film, dan karena pulang kantor jam 5 sore, maka jadwal yang paling memungkinkan adalah yang jam 7 atau 8 atau 9 malam. Sebelum berangkat, saya sudah makan dulu di rumah, jadi tidak manyun karena perut lapar. Pas sekali, kami tiba sekitar jam setengah delapan, jadi bisa langsung masuk studio yang jadwal tayangnya jam 8. Begitu duduk di kursi dalam studio, saya menyadari bahwa gelang yang saya pakai hilang... Mungkin jatuh entah di mana, karena saya cari di kursi dan sekitarnya tidak ada. Suami tanya, "Emang kamu pakai gelang? Kayak apa gelangnya?" Itu gelang manik-manik biru, oleh-oleh dari Kalimantan. Saya suka gelang itu, dan agak bete karena saya ceroboh hingga gelang itu hilang. Yah, kalau bisa ketemu lagi berarti masih jodoh, tapi kalau tidak, berarti belum jodoh.

Sebelum Menyimak Film

Saya (dan mungkin beberapa orang lainnya) bertanya-tanya, untuk apa ada film Insidious yang ketiga, padahal ceritanya sudah tamat dan berakhir bahagia dalam film 1 dan 2? Ternyata bagian ketiga ini alurnya mundur, terjadi sebelum peristiwa di film 1 dan 2. Pemeran utamanya, tentu saja Elise, sang cenayang hebat yang membantu Keluarga Lambert di dua film sebelumnya. Dia memang karakter yang menarik dan saya yakin punya banyak penggemar. Karena itu, pasti banyak juga yang penasaran tentang masa lalu dia. Nah, secuil dari jawabannya ada di film ini.
Here comes Elise to save the day
sumber: movfreak

Insidious Chapter 3


Film dibuka oleh adegan seorang perempuan muda yang sedang mencari alamat. Ternyata dia mencari rumah Elise, untuk meminta bantuan terkait hal supernatural, tentunya. Sayangnya, Elise sudah pensiun dan tidak mau lagi menggunakan bakatnya (alasannya akan kita ketahui nanti). Karena kasihan perempuan ini sudah datang jauh-jauh, Elise pun mengundangnya untuk masuk dan mengobrol sejenak. Dan, kita pun berkenalan dengan Quinn Brenner, korban utama dalam film Insidious 3 ini.

Baru-baru ini ibu Quinn meninggal, dan gadis ini yakin arwah sang ibu berusaha menghubunginya dari dunia lain. Quinn berusaha sendiri memanggil arwah ibunya, tapi gagal. Karena itulah dia meminta bantuan Elise. Sekali lagi, karena kasihan, Elise pun mencoba untuk membantu Quinn. Tapi ternyata yang berada di dekat Quinn bukan arwah sang ibu, melainkan sesosok entitas jahat. Elise menasehati Quinn agar tidak pernah lagi mencoba menghubungi arwah sang ibu sendirian, karena ketika Quinn memanggil sang ibu, semua arwah di dunia lain dapat mendengarnya juga (dan bisa saja jadi tertarik untuk mendekati Quinn).
Quinn Brenner
Sumber: trailer.apple

Quinn tinggal bersama ayahnya dan adik laki-lakinya di lantai 4 sebuah gedung apartemen. Tetangganya adalah pasangan kakek nenek. Sang nenek sering disangka orang gila karena suka bicara yang tidak masuk akal. Tetangga satunya lagi adalah ayah dan remaja lelaki. Sang remaja lelaki jelas sekali naksir Quinn.

Hari berikutnya, Quinn pergi mengikuti audisi sebuah sekolah seni peran (kalau tidak salah), dan sesaat sebelum naik panggung, Quinn melihat ada seseorang melambai ke arahnya dari kejauhan. Tidak jelas orang itu siapa, karena sosoknya tertutup layar. Setelah beres audisi, Quinn nongkrong dengan temannya di pinggir jalan. Ketika hendak pergi, Quinn melihat lagi sosok yang melambai ke arahnya dari kejauhan. Gara-gara fokus pada sosok itu, Quinn tertabrak mobil.

Saat sedang sekarat, arwah Quinn sempat terdampar di dunia lain dan bertemu dengan sosok mengerikan yang selama ini mengikutinya. Setelah siuman, Quinn mendapati kedua kakinya cedera parah dan harus digips.

Setelah beberapa waktu dirawat di rumah sakit, Quinn akhirnya boleh pulang dan untuk sementara dia harus mengenakan kursi roda. Di lobi gedung, Quinn bertemu dengan tetangganya, sang nenek gila, yang memberinya peringatan sebagai berikut:
Sumber: impawards
Pria yang tidak bisa bernapas? Bukankah itu sosok yang melambai-lambai ke arah Quinn sebelum kecelakaan terjadi? Quinn jadi cemas. Dan kecemasannya beralasan, karena setelah itu, berbagai kejadian aneh dan mengerikan menimpanya.

Sementara itu, Elise...

Suatu malam, Elise mendapat penglihatan tentang Quinn. Elise tahu sesuatu yang buruk sedang dan akan terjadi pada Quinn. Demi menolong Quinn, beranikah Elise menggunakan kembali kemampuannya untuk pergi ke dunia arwah? Sebenarnya apa yang membuat Elise berhenti menggunakan kemampuannya?

Kalau sudah menonton Insidious 1 dan 2, pasti tahu jawaban dari pertanyaan terakhir di atas.
Ya, alasannya adalah si Black Bride. Sosok jahat yang menjadi musuh utama di Insidious 2 ini menguntit Elise ke mana-mana, mengancam akan membunuhnya.
Hello dear, we meet again
Sumber: spinybackwebdesign

Pria yang Tidak Bisa Bernapas Diberi Ampun

Katanya, sewaktu masih hidup, dulu dia salah satu penghuni apartemen tempat Quinn tinggal. Bahkan, dia tinggal di kamar tepat di atas kamar Quinn. Entahlah siapa nama dia sebenarnya. Entahlah mengapa dia menjadi entitas jahat setelah dia tewas. Latar belakang pria ini sangat kurang diceritakan. Padahal saya ingin tahu kenapa dia jadi tidak bisa bernapas. Apakah dia sakit kanker paru-paru seperti Hazel Grace Lancaster di The Fault in Our Stars? Pokoknya setelah dia mati, dia menyeret orang-orang lain untuk mati juga dan bergabung dengannya di dunia kegelapan. #eh

Sejak awal kemunculannya, saya sudah merasa kesal dengan pria sosok jahat ini. Dia memakai masker, dan bunyi napasnya ganggu banget. Dia juga suka berjalan di dinding lalu langit-langit, lalu merenggut kepalamu dari atas. Yang paling menyebalkan, kakinya kotor!! Sehingga menimbulkan jejak-jejak hitam di setiap langkahnya. Saya tidak tahu itu kotoran apa, penampakannya mirip oli atau ter. Dan tentu saja, tidak dijelaskan kenapa kakinya kotor begitu.
Hei kamu, jangan pegang-pegang kalau belum cuci tangan.
Sumber: joblo

Sejak awal, saya ingin menarik maskernya kuat-kuat, dan menyiram kakinya dengan air...


Kata Suami Saya

Sepertinya dia belum nonton Insidious 1 dan 2, tapi dia bisa menikmati film ini kok. Di awal film, dia terkagum-kagum dengan rumahnya Elise, yang memang cakep sekali. Dia juga bilang kalau konsep-konsep dunia lain yang ada di film Insidious itu masuk akal, dan memang serupa dengan kenyataan. Konsep-konsep itu antara lain: jangan sembarangan mencoba berkomunikasi dengan makhluk-makhluk dari dunia lain, karena salah-salah kamu malah akan ditempeli oleh sosok jahat yang akan terus mengganggu... dan bisa-bisa mencelakakanmu jika kondisi fisik dan mentalmu lemah.

Lalu, konsep rogosukmo, atau pemisahan roh dan raga. Menurutnya, sangat berbahaya jika ketika berpisah dari raga, roh tidak membawa senjata (seperti yang dilakukan Elise ketika masuk ke The Further). Kalau di sini (maksudnya di Indonesia gitu ya), biasanya orang tidak sekadar punya ilmu rogosukmo, tapi juga punya ilmu pendamping, jadi di dunia lain itu dia punya senjata untuk melawan makhluk-makhluk jahat.

Setelahnya...

Intinya, walaupun masih banyak latar belakang cerita yang membuat penasaran, saya cukup puas menonton Insidious 3. Adegan-adegan seramnya tidak terlalu berlebihan. Diseimbangkan dengan kekocakan dua orang cowok yang nantinya akan jadi asisten Elise. Sayang bagian akhirnya lumayan lebay.

Nah... ingat di awal film saya kehilangan gelang? Ternyata saya masih berjodoh dengannya. Karena begitu lampu di studio dinyalakan kembali, suami saya dengan santainya menyerahkan gelang tersebut. "Ini bukan?" tanyanya. "Nemu di mana? saya balik tanya. "Dipanggil, datang sendiri." jawabnya. Ah, saya malas bertanya lebih lanjut. Pasti dia mengerjai saya lagi.
Masih jodoh