Alice juga dikisahkan ulang dalam beberapa novel modern, di antaranya dalam trilogi Splintered karya AG Howard dan trilogi The Looking Glass Wars karya Frank Beddor. Yang sudah tuntas saya baca, dan akan saya bahas di sini, adalah judul yang kedua.
Jangan membayangkan Wonderland yang unyu-unyu, karena dunia ciptaan Frank Beddor ini sarat benda-benda berteknologi tinggi. Penduduk Wonderland memiliki imajinasi yang jauh lebih tinggi daripada penduduk Bumi, jadi teknologi mereka pun maju lebih cepat. Saya sendiri susah membayangkan teknologi yang disebutkan... untungnya, ada ilustrasi-ilustrasi dalam buku ini.
Wonderland dipimpin oleh Keluarga Heart, tepatnya Ratu Genevieve. Dia memiliki seorang putri bernama Alyss, yang nantinya akan naik takhta menggantikan sang Ratu. Namun sebenarnya Genevieve memiliki kakak perempuan, Redd (Rose) Heart yang diasingkan dari ibu kota kerajaan karena dia penganut aliran Imajinasi Hitam. Dalam masa pengasingannya, Redd menghimpun pasukan dan menyusun rencana untuk membunuh Genevieve dan Alyss untuk kemudian mengambil alih takhta. Rencana Redd nyaris berhasil dengan sempurna, kecuali bahwa Alyss berhasil kabur bersama Hatter Madigan ke Bumi.
Buku pertama trilogi The Looking Glass Wars kisahnya berpusat pada perjuangan Alyss dan segelintir tokoh-tokoh pendukung Imajinasi Putih menggulingkan Redd dari takhta Wonderland.
Plotnya lumayan datar, mudah ditebak, tidak ada twist. Ada sedikit unsur roman, antara Alyss dan Dodge, salah satu pengawal kerajaan. Tapi mungkin karena penulisnya pria, romance chemistry-nya sangat tidak terasa... Saya membandingkannya dengan Splintered yang ditulis oleh wanita, dan kisah cinta di situ lebay sekali menurut saya.
Dalam buku kedua, Seeing Redd, gantian Redd yang berusaha menggulingkan Alyss dari takhta Wonderland. Kali ini Redd berkoalisi dengan Arch, pemimpin Boarderland, negeri tetangganya Wonderland. Tetapi Arch yang menganggap rendah kaum perempuan, dan berprinsip bahwa pemimpin haruslah laki-laki, bukan perempuan, mempunyai agenda tersendiri... dan dia tidak segan-segan mengkhianati Redd ketika ada peluang.
Dalam buku ketiga, Archenemy, Arch berhasil menguasai takhta Wonderland dan Kristal Heart, sumber Imajinasi di seluruh Wonderland (dan juga Bumi). Arch berupaya untuk menyingkirkan Imajinasi untuk selama-lamanya dengan meredam kekuatan Kristal Heart. Mau tak mau Alyss dan Redd bekerjasama untuk mengalahkan Arch.
Secara keseluruhan, saya memberi nilai trilogi ini 3 bintang saja. Karena tidak jelek-jelek amat, tapi juga tidak meninggalkan kesan mendalam. Kalau mau disimpulkan dalam satu kata: DATAR.
Kalau bicara soal karakterisasi... menurut saya tidak ada karakter yang sangat menonjol. Bahkan Alyss dan Redd pun terkesan datar. Hatter Madigan yang digambarkan dengan sangat mengesankan malah terlihat lemah. Dodge yang seharusnya menjadi tokoh pria yang dapat para pembaca perempuan terpesona malah terkesan kekanakan karena dia begitu dikuasai oleh rasa dendam terhadap The Cat Assassin yang telah membunuh ayahnya.
Bisa dibilang saya nyarisss merasa menyesal telah membaca trilogi ini dan membuang-buang waktu yang seharusnya bisa saya gunakan untuk membaca buku-buku lain. Untung ada ilustrasi-ilustrasi berwarna yang menghibur dan memperkaya khazanah saya akan kisah Alice in Wonderland.
Trilogi The Looking Glass Wars saya sertakan dalam tantangan membaca SEVENEVES no.14: buku trilogi. Ini tantangan dari Mary. Jika kawan-kawan berminat ikutan tantangan membaca ini, ayo, masih ada waktu kok :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar