Tokoh utama The Cavendish Home for Boys and Girls adalah gadis remaja bernama Victoria, yang seperti namanya, selalu menginginkan kemenangan (victory) dalam segala hal. Ia seorang perfeksionis yang akan stress kalau sampai ia mendapatkan satu saja nilai B. Victoria hanya memiliki seorang teman (yang tidak mau ia akui sebagai teman), yakni cowok urakan bernama Lawrence. Victoria yakin bahwa hanya ia yang mampu 'memperbaiki' sifat-sifat Lawrence yang urakan.
Lalu suatu hari, Lawrence menghilang. Tidak ada seorang pun yang peduli, bahkan kedua orang tua Lawrence sendiri. Victoria tidak bisa tinggal diam. Ia pun melakukan penyelidikan, walaupun ia tahu ada pihak-pihak yang mengancamnya. Jika salah langkah, Victoria akan jadi korban berikutnya...
Tidak hanya sampulnya, saya juga suka kemasan The Cavendish Home for Boys and Girls. Ilustrasinya bagus, misterius, tapi tidak terlalu suram dan sangat pas untuk selera remaja. Di bagian dalam buku, bertebaran serangga-serangga hitam... memang tidak muncul di setiap halaman, tapi begitu muncul, mereka bisa tiba-tiba ada di tengah halaman, bukan cuma di pinggirannya. Serangga-serangga ini benar-benar membuat saya merinding, apalagi setelah tahu mereka itu sebenarnya apa... (yang terbayang-bayang adalah kecoak... hii!!)
Satu hal lagi yang membuat saya merinding adalah makhluk-makhluk yang disebut gofers. Mereka dideskripsikan kontet, buruk rupa, bermata satu (warnanya kuning), serta memiliki tangan dan kaki berupa gagang pintu. Gofers ada di Cavendish Home untuk membantu mengurus anak-anak yang tinggal di sana, dan saya benar-benar berharap saya tidak tahu mereka itu sebenarnya apa.... Bagian itu benar-benar membuat saya mual. Serius deh.
Ada juga orang-orang yang mengetahui kebenarannya: bahwa anak-anak yang gagal dididik di Cavendish Home tidak akan pernah terlihat lagi. Dan orang-orang yang berusaha mencari tahu kebenaran tentang Cavendish Home juga akan menghilang, atau menjadi gila.
Sebagai penggemar berat Coraline karya Neil Gaiman, mau tak mau saya membandingkan buku itu dengan The Cavendish Home for Boys and Girls, karena keduanya memiliki tokoh protagonis seorang anak gadis, dan tokoh antagonis seorang wanita penyihir. Dibandingkan Coraline, novel ini lebih kelam...
Berhubung saya sangat puas dengan The Cavendish Home for Boys and Girls, saya jadi tertarik dengan novel Claire Legrand berikutnya: The Year of Shadows. Saya memang sudah mulai membaca e-book-nya, bahkan sebelum saya membeli The Cavendish Home for Boys and Girls, tapi kalau suatu saat saya jalan-jalan ke toko buku dan menemukan The Year of Shadows dalam format paperback, sepertinya saya akan membelinya (mudah-mudahan uangnya ada hehe...).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar