Dreamlets
Story by Arleen A
Illustrations by Evelyn Ghozali
Saya pertama kali melihat Dreamlets ketika sedang iseng melihat-lihat buku di Gramedia TSM (sebelum acara NonBar Insurgent). Begitu melihat ilustrasinya, saya langsung jatuh cinta. Manis. Tipe ilustrasi kesukaan saya. Tapi ketika melihat harganya, jadi agak sakit hati, karena lumayan mahal... di atas seratus ribu. Apalagi waktu itu uang saya pas-pasan. Akhirnya saya cuma bisa ngeceng dulu.
Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya jalan-jalan ke Rumah Buku dan kebetulan masih ada anggaran untuk beli buku, jadi saya bisa membawa pulang Dreamlets.
Begitu plastik pembungkus dibuka dan saya lihat-lihat halaman dalamnya, saya langsung membatin "oh...pantas saja harganya mahal. Ukuran bukunya besar, banyak ilustrasinya, dan seluruh halamannya berwarna!" Ditambah lagi, untuk ukuran buku anak-anak, Dreamlets bisa dibilang tebal. Ceritanya pun terdiri dari beberapa bab (bukan kumpulan cerita pendek loh), dan setiap babnya memiliki judul yang menarik. Bagi orangtua yang senang membacakan dongeng sebelum tidur pada anak-anaknya, bisa bacakan Dreamlets satu bab setiap malam ^^. Oh iya, Dreamlets ini diceritakan dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Mari kita berkenalan dengan Deel, dreamlet yang menjadi tokoh utama cerita. Deel cerdas dan mendapatkan pekerjaan bagus di dunia dreamlet, tapi itu pekerjaan yang tidak memberinya kesempatan untuk secara langsung membuat mimpi bagi manusia. Setelah beberapa lama, Deel merasa tidak puas dengan pekerjaannya, dan meminta pindah. Dia pun ditempatkan di sebuah panti asuhan yang kekurangan dreamlet. Ketika Deel datang, di situ hanya ada satu dreamlet yang kewalahan membuat mimpi untuk begitu banyak anak. Deel kemudian meminta tambahan bantuan, dan dikirimlah dua dreamlet lagi ke panti asuhan itu.
Tidak semua tokoh di cerita ini Dreamlets, ada juga manusianya. Dan tokoh utama manusianya adalah seorang anak telantar bernama Emma. Emma tinggal di panti asuhan tempat Deel bertugas. Sejak awal, Deel merasa ada sesuatu yang istimewa dalam diri Emma. Sepertinya gadis kecil ini bisa melihat sosok dreamlet... ah, tapi itu kan tidak mungkin. Benarkah?
Emma adalah gadis yang baik hati dan selalu membantu mengurus anak-anak lainnya di panti asuhan. Bahkan, setiap kali tiba hari di mana datang para orangtua untuk mencari anak untuk diadopsi, Emma selalu bersembunyi atau pura-pura sakit, agar anak-anak lain memiliki peluang lebih besar untuk diadopsi. Hmm... kenapa orangtuanya tega menelantarkan gadis kecil semanis Emma ya? Wah, tentu ada alasan kuat dibalik itu. Sebaiknya baca sendiri ya kelanjutan ceritanya.
Sebagai pencinta buku anak-anak, saya senang dan puas sekali dengan buku ini. Apakah ada kawan-kawan yang punya rekomendasi buku semacam ini? Tolong berbagi dengan saya ya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar