Rabu, 01 April 2015

r.i.s.a.r.a - Dunia Kelam Milik Berdua

r.i.s.a.r.a


Ya, r.i.s.a.r.a adalah dunia kelam milik Risa Saraswati dan Sara Wijayanto, di mana para pembacanya cuma ngontrak, atau malah cuma diberi izin berkunjung sebentar. Setidaknya, itulah yang saya rasakan saat membaca buku karya duo wanita cantik yang memiliki indera keenam ini. Entah bagaimana saya merasa agak bersalah, layaknya orang yang sedang mencuri dengar percakapan orang lain. Hal ini juga lah yang membuat saya kurang bisa menikmati pengalaman membaca r.i.s.a.r.a
Penampakan sampul depan dan belakang

Kesan Pertama Tidak Menggoda

Pertama kali tahu tentang buku ini dari sebuah toko buku online, satu-satunya hal yang membuat saya tertarik adalah nama Risa Saraswati-nya. Desain sampulnya amat sangat sederhana. Hitam ngajeblag. Ilustrasi kedua penulis sama sekali tidak terlihat dalam tampilan di situsnya. Tetapi, berhubung saya penggemar cerita hantu, dan punya buku-buku Risa lainnya (Danur, Maddah, dan Sunyaruri), saya pun membeli buku ini.

Hantu juga (Dulunya) Manusia

Itulah isu yang diangkat dari cerita-cerita pengalaman Risa dan Sara terkait hantu. Memang terkadang penampakan hantu itu berdarah-darah dan menyeramkan, tapi ada cerita di balik itu, dan mereka hanya ingin didengar. Ada cerita tentang hantu-hantu Belanda yang dulunya menjadi korban keganasan tentara Jepang, ada juga cerita tentang kuntilanak yang rata-rata tewasnya karena patah hati lalu gantung diri di pohon cabe. Saya agak bosan menyimak cerita-cerita ini, karena tiga buku Risa sebelumnya juga bernada sama, tapi buku ini lumayan jadi teman menunggu antrian wawancara di kantor imigrasi. Tapi setiap cerita pasti ada hikmahnya, setidaknya bisa menjadi pelajaran bagi mereka yang masih hidup, untuk lebih menghargai apa yang kita punya saat ini.

Bukan Hantu, Tapi Jin

Berdasarkan ajaran yang saya terima semasa SMA, saya tidak percaya akan keberadaan hantu, tapi saya percaya akan keberadaan jin. Saya percaya, setiap roh orang yang sudah tewas akan kembali kepada Sang Pencipta, tidak bergentayangan. Dan saya juga percaya, para jin itu pandai menyaru, termasuk berubah bentuk menjadi mirip orang. Terlepas dari pendapat saya tentang hantu dan jin, saya sadar orang lain bisa punya pendapat yang berbeda-beda, dan saya menghargainya.

Di Dalam Dunia Risara

Nah, kembali ke buku r.i.s.a.r.a, saya akan sedikit membahas desain isinya. Setiap judul bab mendapatkan satu halaman tersendiri. Badan teksnya rata kiri-kanan dan sebagai penanda paragraf, digunakan jeda satu baris (alih-alih kata pertama yang menjorok ke dalam). Hmm.. kedua hal ini.. apa ya? Taktik untuk memperbanyak jumlah halaman dan mempertebal buku? :)) Tapi tetap saja.. menurut saya bukunya terlalu tipis, hanya 162 halaman.
Satu hal yang membuat saya senang adalah foto-foto duo Risa dan Sara di dalam buku! Dengan pakaian hitam-hitam, mereka tampak anggun dan misterius.

Berikut ini beberapa typo yang saya temukan dalam r.i.s.a.r.a
1. Hal 32: paragraf terakhir, pengulangan "bunga bunga" kurang tanda setrip.
2. Hal 38: paragraf terakhir, antara "sore tadi." dan "Aku" kurang spasi.
3. Hal 68: paragraf dua, "perasan" --> "perasaan"
4. Hal 77: paragraf tiga, "mahluk-mahluk" --> "makhluk-makhluk"
5. Hal 79: paragraf dua, s.d.a
6. Hal 84: paragraf satu, setelah "Hihihi" kurang tanda titik.
7. Hal 85: paragraf dua, "Ketakukanku" --> "Ketakutanku"
8. Hal 90: paragraf empat, kelebihan kata "di" pada "aku duduk di di dalam mobil"
9. Hal 91: paragraf satu, sama dengan kasus nomor 4 dan 5.
10. Hal 96: paragraf lima, "kekasih ku" --> "kekasihku"
11. Hal 108: paragraf dua, "meluluhlantakan" --> "meluluhlantakkan"
12. Hal 112: paragraf dua, "jahil" --> "jail"
13. Hal 114: paragraf tiga, kalimat Sara kurang tanda kutip akhir.
14. Hal 119: paragraf satu, "jahil" --> "jail"
15. Hal 124: paragraf delapan, s.d.a
16. Hal 125: paragraf terakhir, terjadi dua kali "Badru" --> "Bardu"
17. Hal 135: paragraf terakhir, "meyerah" --> "menyerah"
18. Hal 137: paragraf dua, "meneriakan" --> "meneriakkan"
19. Hal 141: paragraf satu, s.d.a
20. Hal 147: paragraf empat, "munculah" --> "muncullah"
21. Hal 151: paragraf dua, "menaikan" --> "menaikkan"
22. Hal 158:paragraf satu, pengulangan "orang orang" kurang tanda setrip.

Cerita Berlanjut?

Ya, saya harap begitu. Dan semoga buku berikutnya lebih baik dari ini, dalam segala aspek.

1 komentar: